Selasa, 01 Desember 2009

Paleontologi Dan Arkeologi Gua

Manusia telah memasuki gua untuk berbagai tujuan sejak jaman Paleolitikum, namun penelitian ilmiah terhadap deposit gua untuk paleontologi (dan arkeologi) baru saja berkembang mungkin baru dua abad terakhir ini.

PALEONTOLOGI

Untuk paleontologis yang mencari fosil-fosil, gua merupakan salah satu lapangan riset yang paling kaya. Terkadang cukup banyak tulang binatang dengan konsentrasi yang banyak terkumpul bersama-sama dalam ruang yang sangat kecil.

Ada dua faktor yang memberikan sumbangan atas adanya akumulasi semacam itu.

Pertama, gua adalah tempat dimana bangkai cenderung untuk dapat terkumpul oleh proses alamiah. Sebagian gua adalah tempat yang berbahaya, dengan lubang diatapnya. Bangkai binatang atau tanaman jatuh kebawah melalui lubang bercampur dengan tanah dan batu kemudian membentuk suatu gundukan mengkerucut di lantai gua, mungkin pengisian lubang tadi sampai ke permukaan tanah. Beberapa binatang menggunakan gua untuk tempat berbiak, untuk tempat berlindung makan atau tidur dan mungkin ada yang mati atau meninggalkan tulang sisa mangsa mereka disana.

Kedua, sekalipun tidak selalu, gua adalah tempat dimana bangkai sangat besar kemungkinan dapat bertahan sebagai fosil, sekalip waktu mereka telah terdepositkan disana. Pada kondisi normal, pada daerah terbuka, bangkai hewan dan tumbuhan tidak tersisa sama sekali. Biasanya dengan cepat langsung dimakan oleh pemakan bangkai, dan diuraikan oleh bakteri serta pengaruh dari matahari, hjan dan dingin segera menghancurkan baik binatang maupun tanaman.

Pengawetan tersebut tidak normal dan dapat terjadi hanya dimana proses dekomposisinya terhalangi, misalnya dengan penguburan yang cepat. Di lingkungan gua hal ini terkadang terjadi. Bangkai terlindungi dari proses akibat perubahan cuaca oleh atap gua; dan kondisi yang berhubungan dengan alkali yang berlaku di gua-gua batugamping bertindak sebagai pengawet tulang-tulang. Di gua non batu kapur, kebalikannya, tulang tidak dapat bertahan. Di gua lava di Gunung Suswa, Kenya, tulang dari badak, mungkin umurnya baru dari abad ini, sudah tercerai berai dan masih mengalami dekomposisi dalam tingkat lanjut.

Informasi untuk paleontologis, mereka harus memasuki dunia arkeologist. Sejak manusia awal dapat menggambarkan apa yang mereka lihat, terkadang pada dinding gua atau rock shelter mereka terlindungi dari cuaca sehingga dapat bertahan sampai sekarang. Subyek yang digambarkan memiliki keragaman seperti misalnya mammoth berbulu, badak berbulu, lembu jantan raksasa, rusa kutub dan ibex, terkadang tergambarkan di lukisan gua di Eropa Barat, sampai dengan mobil masih tergambar sekarang di rock shelter di Afrika Timur. Untuk ilustrasi paleontologis yang sejaman dengan binatang Pleistocene yang punah merupakan special interest dan telah dipergunakan secara luas dalam rekonstruksi artis terhadap suatu jenis species seperti mammoth berbulu dan badak berbulu, yang selama ini hanya dikenal dari fosil-fosil bangkainya.

SEJARAH PENGGALIAN ILMIAH TERHADAP PENINGGALAN PALENTOLOGI DI GUA

Manusia telah memasuki gua untuk berbagai tujuan sejak jaman Paleolitikum, namun penelitian ilmiah terhadap deposit gua untuk paleontologi (dan arkeologi) baru saja berkembang mungkin baru dua abad terakhir ini. Sering penemuan-penemuan awal tersebut dihubungkan dengan sisa binatang dalam mitos (di Jermman, unicorn; di Cina adalah naga) dan tidak lagi sejak kedatangan studi ilmiah yang dengan tepat mereka mengidentifikasi sebagai berang gua dan binatang lain yang sudah dikenal. Pada awalnya manusia menggali material gua untuk keperluan nilai ekonomi. Misalnya di Amerika Utara, penambang pra-Columbia terkadang memasuki gua lebih dari dua mil untuk penelitian mirabilit dan gips; gua lain digali untuk penambangan guanonya; dan kemudian sebuah ketertariakn terhadap fosil pun muncul. Ammonit ditemukan di Avelinse's Hole, Somerset, mungkin diletakkan disitu oleh Manusia Upper Palaeolithic, sebelumnya ditemukan di permukaan dan tidak berasal dari dalam gua (Donovan, 1968). Perantaran manusia terkadang telah invoke untuk menjelaskan fasil gua untuk keadaan stratrigrafi yang mengherankan.

Buckland, sebagai contoh (1823), menjelaskan bahwa tangkai dan cincin gading ditemukan dengan tulangnya di Gua Paviland, Wales, telah ditampilkan dari sebuah fosil taring yang amat tua ditemukan lantai gua yang sama. Hanya saja akhir-akhir ini diketahui bahwa tulang maupun gading adalah berumur Upper Palaeolithic dan mungkin kontemporer. Pengumpulan fosil oleh manusia Upper Palaeolithic telah memiliki kesamaan dalil untuk menjelaskan peristiwa dari gigi dari kucing bergigi pisau (sabre-toothed), pada deposit yang dipercayai sebagai awal waktu kepunahan binatang ini, dalam Kent's Cavern. Devon. Contoh semacam ini sayangnya tidak mungkinuntuk membuktikan peran manusia dalam mengumpulkan material fosil didalam gua.

ARKEOLOGI GUA

Masyarakat prehistorik tidak meninggalkan tulisan, sehingga para ahli arkeologi mencoba membuat rekonstruksi cara hidup mereka dengan melalui bukti material yang tertinggal. Gua yang menerima manusia kemudian menyimpan yang ditinggalkan manusia; hal ini adalah alasan bahwa respek terbesar dikenakan pada semua depost gua. Arkeologi gua merupakan subyek yang multidisiplin. Sehingga seorang pimpinan penggalian harus memanggil banyak ahli untuk meminta bantuan mereka; pertanyaan-pertenyaan khusus harus dijawab, dan mereka harus mengetahui implikasi dari jawaban mereka tersebut.

Aturan tersebut diatas memang merupakan alasan yang kuat, terutama bagi pembaca yang memiliki latar belakang ilmu pengetahuan. Namun sebenarnya hal tersebut juga harus juga diikuti oleh setiap orang yang berjalan melalui lorong gua.

Penggalian artefak, apakah manik-manik, mangkuk, atau persembahan, memiliki suatu nilai yang hakiki; tetapi penemuan, asalnya dan horisonnya, dikumpulkan dengan penemuan yang lainnya, yang memiliki kesamaan arti arkeologis.

Homo erectus.

Nama Pithecanthropus telah dipergunakan selama lebihj dari tujupuluh tahun, tetapi sekarang menggunakan istilah Homo erectus. Desngan kapasitas tengkoran sekitar 1000 cc, spesies yang terkenal adalah Manusia Peking dan manusia Jawa. Keberadaan Manusia Peking dan Jawa berada pada kelompok gua di kawasan batugamping Silurian dekat desa Chou-Kou-tien. Peninggalan hominid dihubungkan terhadap runtuhan kedudukan termasuk tidak hanya peninggalahn mamalia tetapi peralatan pebble dan flake dan perapian. Umur peninggalan ini diperkirakan sekitar 400.000 tahun berada di endapan alluvia Bengawan Solo, bahkan mungkin lebih tua lagi, dan ada sedikit keraguan bahwa mungkin hominid ini adalah pemburu binatang. Beberapa temuan artefak seperti; biji-bijian, serpihan dan alat peraut, pisau, ujung dan burin, ditemukan di gua-gua misalnya di Le Lzare di Nice dan Combe Grenal di Dordogne.

Homo sapiens neanderthalensis

Ukuran otak manusia neanderthal yang ditunjukkan oleh antropologist modern adalah 1350-1600cc. Pertamakali ditemukan di Gua Neanderthal dekat Dusseldorf tahun 1856. Di Gua Shanidar, Gunung Baradost, di Irak, hasil analisis pollen menunjukkan adanya iklim yang lebih panas dari sekarangselama Interglacial Akhir. Tujuh manusia Neanderthal terkubur di gua dan contoh tanah yang diambil dari penutup tulang tidak menunjukan sebuah gambaran ekologi tetapi adanya pemusatan polen dari beberapa spesies bunga. Yang nampaknya telah diambil dan ditempatkan dalam gua berbarengan dengan tubuh itu.

Pisau yang lebih baru yang dipergunakan oleh manusia neanderthal ditemukan bersama seorang anak di kuburan gua di Tesik Tas, Uzbekskaya, U.S.S.R. Kepala anak laki-laki tersebut sebagian dikelilingi oleh lingkaran tanduk ibex menusuk ke dalam tanah; belum tentu hal yang semacam ini dapat dianalisis sebagai suatu upacara ritual tertentu menggunakan petunjuk singkat ini. Tetapi ada penjelasan yang dapat diambil bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat pemburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar